Perkembangan Siswa SD
Dalam Buku Pendidikan Anak SD, Modul 3 Kegiatan Belajar 1 dalam pembahasan tentang minat, ada pernyataan yang mengatakan bahwa tumbuhnya minat dalam diri seseorang, dalam hal ini minat pada sekolah sangat tergantung dari bagaimana pengalaman pertama anak pada sekolah (hal.3.19).
Berdasarkan pernyataan tersebut pengalaman pertama dapat dimaknai pada aktivitas-aktivitas yang dijalani anak seperti kegiatan dalam membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Pengalaman dalam kegiatan calistung pada umumnya telah dimiliki anak SD kelas I yang dari TK. Sehingga dimungkinkan ada di antara anak SD kelas I yang memiliki pengalaman pertama yang tidak menyenangkan, yang karena pengalaman tersebut dapat membahayakan lemahnya minat anak pada tugas-tugas sekolah.
Seperti diketahui bahwa proses pendidikan di lembaga pendidikan di
ni (TK) disinyalir oleh redaktur Buletin PADU (2003:iii) secara sengaja atau tidak cenderung menempatkan anak-anak dalam situasi ‘sekolah’ sedini mungkin. Lembaga-lembaga tersebut dikatakan semestinya tidak lantas beralih fungsi menjadi atau menyerupai sekolah, semata-mata karena terbawa oleh anggapan bahwa sebaiknya anak mulai ‘bersekolah sedini mungkin’.
Realitas di lapangan diamati Isdriani (Kompas, 2001) dan dinyatakan bahwa meskipun namanya taman kanak-kanak, tempat untuk bermain dan bersukaria, praktiknya anak-anak TK diajari menulis dan membaca. Dikatakan pula, jika liburan catur wulan tiba, anak-anak TK kecil (A) diberi PR (Pekerjaan Rumah) menulis abjad a sampai z, sedangkan TK besar (B) les membaca, menulis dan berhitung. Sehingga banyaknya orang tua yang bingung menghadapi perubahan sikap anaknya yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit perut, sakit kepala, dsb. (www@web2mail.com, 2003), boleh jadi anak tidak senang dengan apa yang dilakukannya. Praktek pembelajaran TK di Indonesia menurut pengamatan Vilien (konsultan pendidikan anak dini usia dari Denmark) dalam Yufiarti (2003: 61) lebih bersifat akademik. Anak-anak lebih banyak duduk di bangku seperti di sekolah. Jarang diberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan melakukan sendiri apa yang mereka minati. Kondisi pembelajaran yang demikian sama dengan yang dilakukan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pengalaman yang tidak menyenangkan dalam pendidikan dinyatakan juga oleh Khomsan dalam Kompas (2003) bahwa berangkat ke sekolah bagi anak Indonesia mungkin ibarat bertempur melawan stress, sehingga timbul rasa enggan karena dari hari ke hari terlalu banyak informasi yang dijejalkan di kepalanya.
Bertolak dari paparan di atas ada celah untuk dikatakan bahwa anak SD kelas I ada dalam kondisi bahaya, sebab diketahui bahwa praktek penyelenggaraan pendidikan di kita kondisinya kini masih tidak jauh berbeda Oleh karena itu bagaimana pendapat teman-teman PGSD FKIP UMK agar minat anak SD pada sekolah tetap bisa tumbuh dan berkembang? Paparkan alternatif solusinya lewat ide-ide ”gila” anda, dan sertai ide anda itu dengan dukungan teori dan/atau pendapat ahli yang relevan, serta cantumkan sumbernya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar